Sayap perlahan gugur dari kepakkan
Tubuh laun hanya serpihan
Jiwa tak lagi utuh, meruntuh berserakkan
Kini bagai alun sapuan
Angin bertiup lirih dalam hempasan
Raga yang terbentang pada ilusi kefanaan
"It's better to live like a flame, to know a man and love him, even if he can't be yours, then never to love at all....." -Eloisa James-
Holla!
Sunday, November 20, 2011
Saturday, November 19, 2011
Unknown
Rentan tubuhku
yang tak pernah dapat
terima lantunan bait kemarahan
yang tak pernah dapat
rasakan aviasi kebinasaan
dalam dendang hening - kematian
yang tak pernah dapat
terima lantunan bait kemarahan
yang tak pernah dapat
rasakan aviasi kebinasaan
dalam dendang hening - kematian
Tuesday, November 1, 2011
Pergolakan batinku, kehidupanku
Kehidupan kecil
Yang tak pernah luput dari amarah
Selalu ada caci dalam pikiran yang singgah
Terlalu pengap untuk dirasa,
terlebih untuk dihirup dalam aliran udara tiap waktunya
Benak mereka, hanya ada kekesalan
Dengan benak satu mencekam batin diri
Sekejap beralih pikiran menjadi geraman kata kasar
Nada yang selalu meninggi,
perlahan bunuh jiwa muda yang masih bercita
Dukungan tak pernah terlontar,
hanya menjatuhkan, buat keputus asaan, cita yang pupus
Dengan yang satu selalu menyindir sakiti
Walau mungkin hanya kutipan kata yang mungkin dia anggap bukan apa
Tapi, apakah ia rasakannya?
Terlalu dini untuk menjadi gila
Tapi terlampau sengit mendekam batin
Itu sebabku menyingkir
Ku tak ingin muncul rasa iri pada kalian
yang terbebas, bebas berbahagia di luar sana
Batinku ini, bukanlah batin insan kecil biasa
Sudah terlalu kebal untuk kau lukai
Penuh duka derita
Yang mungkin kalian tak pahami
Yang tak pernah luput dari amarah
Selalu ada caci dalam pikiran yang singgah
Terlalu pengap untuk dirasa,
terlebih untuk dihirup dalam aliran udara tiap waktunya
Benak mereka, hanya ada kekesalan
Dengan benak satu mencekam batin diri
Sekejap beralih pikiran menjadi geraman kata kasar
Nada yang selalu meninggi,
perlahan bunuh jiwa muda yang masih bercita
Dukungan tak pernah terlontar,
hanya menjatuhkan, buat keputus asaan, cita yang pupus
Dengan yang satu selalu menyindir sakiti
Walau mungkin hanya kutipan kata yang mungkin dia anggap bukan apa
Tapi, apakah ia rasakannya?
Terlalu dini untuk menjadi gila
Tapi terlampau sengit mendekam batin
Itu sebabku menyingkir
Ku tak ingin muncul rasa iri pada kalian
yang terbebas, bebas berbahagia di luar sana
Batinku ini, bukanlah batin insan kecil biasa
Sudah terlalu kebal untuk kau lukai
Penuh duka derita
Yang mungkin kalian tak pahami
Dunia Dewasa?
Ini akan menjadi perbincangan pelik
Cukup menarik
Dengan gumam suara setengah terpekik
Antusiasme perorangan menukik
Dibalut pakaian lusuh berbau tengik
Otak berpacu tak berkendali pada setiap bilik
Tautan antar pasang bola mata menyorot licik
Yang kurasa bukanlah lagi perbincangan,
melainkan perdebatan
Antara kedewasaan yang pensaran
Jelas siratan pertentangan insan
Jatuhkan salah satunya dalam kebinasaan
Hilangkan pigmentasi suasana dalam kematirasaan
Bagai amunisi mengambang bergayutan
Perdamaian yang tak lagi dapat tuk impikan
Berada dalam tengah percekcokan menyeru
Bak manusia kecil yang ambigu
Yang dengan sepat melumat tiap ombakkan kata deru
Kedipan lelah mata kecil yang mulai menyayu
Aku ini sebagai apa?
Apakah aku saksi dalam pertentangan batin kalian?
Ataukah korban, yang kalian harap akan ikuti perbuatan kalian kelak?
Yang tak punya hak angkat bicara sekalipun
Tak kutau sesungguhnya,
permasalahan ambisi kalian
Yang tak kutau kebenarannya,
kehidupan dunia dewasa
Dunia yang asing bagiku,
yang belum dapat ku cerna dengan nalar logika
Cukup menarik
Dengan gumam suara setengah terpekik
Antusiasme perorangan menukik
Dibalut pakaian lusuh berbau tengik
Otak berpacu tak berkendali pada setiap bilik
Tautan antar pasang bola mata menyorot licik
Yang kurasa bukanlah lagi perbincangan,
melainkan perdebatan
Antara kedewasaan yang pensaran
Jelas siratan pertentangan insan
Jatuhkan salah satunya dalam kebinasaan
Hilangkan pigmentasi suasana dalam kematirasaan
Bagai amunisi mengambang bergayutan
Perdamaian yang tak lagi dapat tuk impikan
Berada dalam tengah percekcokan menyeru
Bak manusia kecil yang ambigu
Yang dengan sepat melumat tiap ombakkan kata deru
Kedipan lelah mata kecil yang mulai menyayu
Aku ini sebagai apa?
Apakah aku saksi dalam pertentangan batin kalian?
Ataukah korban, yang kalian harap akan ikuti perbuatan kalian kelak?
Yang tak punya hak angkat bicara sekalipun
Tak kutau sesungguhnya,
permasalahan ambisi kalian
Yang tak kutau kebenarannya,
kehidupan dunia dewasa
Dunia yang asing bagiku,
yang belum dapat ku cerna dengan nalar logika
Subscribe to:
Posts (Atom)